Review Buku Bacaan: Gelandangan di Kampung Sendiri

REVIEW PER BAB




Identitas Buku:

Judul    : Gelandangan di Kampung Sendiri: pengaduan orang-orang pinggiran

Penulis : Emha Ainun Nadjib

Penerbit : Bentang Pustaka

Tahun Terbit : 2018

Halaman : vii + 296 halaman

Genre : Sosial Budaya

ISBN : 978-602-291-472-3


Ulasan Bab 

Hanya tiga bagian hari ini yang dapat dibaca. tentang kaum muda yang menggemaskan, lalu Guru, kok, memanjat kelapa!, Egosentrisme.

Kaum muda yang menggemaskan mengisahkan kisah pilu tentang kaum muda yang melakukan aksi unjuj rasa memprotes suatu kasus. Mungkin demonstrasi adalah bentuk partisipasi aktif di masa lalu yang mutakhir karena di dasarkan pada kebutuhan masyarakat, namun saat ini aksi tersebut sudah banyak ditunggangi oleh keinginan kelompok yang dibalut dengan kebutuhan masyarakat, pada bab ini memberikan gambaran jelas bahwa baik kaum muda maupun kaum tua perlu belajar. Kaum muda perlu belajar untuk memahami berbagai macam bentuk perilaku berpartisipasi aktif melindungi hak dan kewajiban, serta kebutuhan mendasar masyarakat menjadi prioritas bukan sebagai tameng belaka. Ada banyak cara, ada banyak pintu untuk dapat memberikan masukkan, inovasi, serta kontribusi dalam membangun negeri. Dan bagi kaum tua juga sebaiknya intropeksi diri dan mau berempati mendengar kaum muda dengan baik. satu paragraf yang menyadarkan saya bahwa sejarah adalah sebuah pemahaman dan pembelajaran, namun bukan suatu pengulangan:

"kita kaum tua yang sengaja membuat mereka kesepian sehingga ingin pentas di mana-mana. Membuat mereka kelaparan sehingga mendemonstrasikan kekuasaan. Membuat mereka memiliki hanya satu jenis impian, yakni kuat, kaya, dan menang"

Guru, kok memanjat kelapa! Bab ini unik, asik, dan menarik. Mengisahkan tokoh bernama Pak Mataki yang berprofesi sebagai guru tidak malu untuk memanjat pohon kelapa, mendaur ulang barang buangan, dan berjualan di pasar. Pak Mataki hidup merakyat dan berbudi luhur, meski di gambarkan bahwa banyak guru yang tidak sependapat dan menganggap Pak Mataki mempermalukan status guru yang seharusnya terhormat. Saya berharap hal ini hanya di fiktif semata ya, namun dari bab ini diajarkan bahwa sosok Pak Mataki adalah guru sebenarnya, memberikan kebermanfaatan terhadap sesamanya melalui aksinya yang bersama masyarakat membuat kerajinan tangan dari barang yang tidak terpakai lagi, mengajarkan cara untuk berwirausaha, dan mengajarkan untuk selalu berbudi luhur pada sesama.

Egosentrisme . Tentu dari judul sudah tergambar apa konsep yang diangkat. Yaps, konsep ego dari diri setiap orang. Namun dikisahkan dalam karangan fiktif mahasiswa yang KKN ke desa untuk membangun desa. Banyak sindiran halus untuk mahasiswa yang tidak ingin saya rekam dalam memori, karena tidak semua mahasiswa seperti yang digambarkan dalam karangan ini. Tetapi saya sependapat dengan penulis bahwa memang benar mahasiswa perlu belajar, perlu memahami, dan perlu bermasyarakat. Sehingga poin penting yang saya tangkap dari bab ini adalah KKN (Kuliah Kerja Nyata) bukan tentang siapa mengajarkan siapa, siapa membawa apa, tapi tentang kesadaran diri untuk saling belajar dan mengajari. Artinya mahasiswa bukan hanya mengajari namun juga diajari, begitupun masyarakat desa.

 

Komentar

Postingan Populer